1. Pendahuluan. Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong kebudayaannya (Teeuw, 1980: 11), termasuk di dalamnya situasi sastranya. Karya sastra ditulis dalam hubungannya dengan zaman penyair menulis maupun dalam pertentangannya dengan karya-karya zaman sebelumnya (Teeuw, 1983: 65). Karya sastra dicipta berdasarkan konvensi sastra yang ada dan atau juga menyimpangi ciri-ciri dan konsep estetik sastra yang ada. Selalu ada ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (Teeuw, 1980: 12). Dalam hubungan itulah perlu diperhatikan prinsip intertekstualitas seperti diungkapkan oleh Riffaterre dalam Semiotics of Poetry (1978), bahwa sajak biasanya baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan sajak lain, baik dalam hal persamaan atau pertentangannya. Sajak yang menjadi latar penciptaan sebuah sajak yang lain disebut hypogram (Riffaterre, 1978: 11,23). Sedangkan sajak yang diciptakan berdasarkan hypogram disebut transformasi. Julia kristeva (Culler, 1977: 139) mengemukakan...