Langsung ke konten utama

LIMA PUISI PENCERAHAN

1.
MUHASABAH

Apa kamu lelah? Sini datanglah padaku, 
pada dadaku, dengarkan detak jantungku 
satu-satu. Sudah lama kau pergi dari rumah 
nuju paran demi paran seturut hasrat dan pikiran. 
Bagaimana itu bisa membikinmu tenteram? 
Sini, lekat padaku, dengar detak jantungku 
satu-satu. Apa kau bisa dengar detak jantungmu
sekarang? Apa ia hidup? Berdetak? Bersuara?

Sini, lekatlah padaku, pada dadaku, 
dengar ia berkisah tentang jalan darah 
yang teramat panjang, berliku, dan bercabang.
Nama-nama dan semua peristiwa larut di dalamnya. 
Adakah namamu di situ? Di manakah semua kenanganmu?

Sini, surutkan sungai sansaimu, tumpahkan hujan
pujamu. Dada ini adalah penerimaan Bumi, 
adalah keluasan Langit, yang abadi. Dada, 
dada, ke mana lagi kau akan dibawanya?

2017-2019.

2.
MEDITASI PAGI

Pagi begini jalan kaki kecil-kecil depan rumah. Hitung
pelan jengkal halaman. Satu hembusan satu langkah
satu arah tatapan. Ke depan ada dinding tetangga, 
ke kiri, ke kanan begitu juga. Sepetak halaman ini 
adalah satu jembatan nuju mana saja mau jalan.
Kadang banyak sampah kadang tergenang air 
hujan. Sekarang lagi kering bersih habis kusapu 
pakai seikat segenggam lidi. Sekarang sambil
kupandang rumah: pintu kayu aus sering dipegang, 
jendela kaca mulai buram, dinding kusam berlumut. 
Ada juga terdengar ricik kali kecil belakang rumah 
jika ditelusur akan sampai sungai besar sampai laut. 
Dan di halaman belakang satu Randu Alas menjulang 
di sela semak perdu. Di sebaliknya hampar sawah 
seolah tak sudah-sudah. Langit itu biru bersih dari 
awan, dan matari naik sepenggal-sepenggal.
Terang hangat begini jadi sadar jadi ingat betapa 
sudah banyak hitungan langkah. Berhentilah 
aku, rumah itu, Randu Alas itu. Berhenti. Mesti 
berhenti sebentar di satu pagi seperti ini. Sebelum 
nanti bikin pagar batu, tanam lima kembang
Sepatu, dan petik satu Haiku di mataku.)*

Agustus 2018.

Note:
)* Dua baris terakhir sajak ini merupakan reinterpretasi dari bait pertama puisi Ahmad Yulden Erwin, KITAB HALAMAN: "Kini mulai kubaca lagi halaman rumahku:/pagar batu, lima rumpun seruni, sepasang/kenari, serta tiga larik haiku berlari memeluk/."

3.
SATORI

Ini saatnya kau musti berhenti, dan mulai berbalik 
arah, meski dunia berlari dan terus saja berlari.
Kini seperti semburat cahaya dan Padma
tumbuh berpinak di pijak bijak kakimu.

Ini bukan perkara pencarianmu
lagi. Ini perihal penemuan sejati.
Satu pagi lihat Nuri patuk telan biji 
bunga matari lalu terbang ke udara tinggi. 

2018-2019.

4.
TIGA PERBANDINGAN

I.
Dinihari gemericik kali jelas 
terdengar pas tidak turun hujan.

Di gurun pas ada badai,
tidak ada fatamorgana.

II.
Matari benam di balik bukit.
Langit semburat cahaya.

Manusia saat sakit,
tidur pun kerap terjaga.

III.
Seribu perjanjian damai.

Teratai mekar tidak berisik.

2018-2019.

5.
PERIHAL PENDAKIAN

Gunung Merapi tegak di hadapan.
Sebelum itu hampar sawah dan pohonan.

Ada jalan tempat orang menuju 
ke puncak tidak jelas kelihatan.

Orang pergi bersama tujuan di kepala, 
terlihat dan terasa pertama justru di kaki.

Suatu kali ada di puncak. Dusun 
dan kota kecil-mengecil di ujung mata.

Di dalam diri ini sungguh terasa luasnya.
Ketika turun kembali jadilah biasa saja.

2018-2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Mencintaimu

Aku mencintaimu, kekasih Aku mencintaimu Dengan seluruh keberadaanku Aku mencintaimu Dengan kejujuran orang dusun Karena aku di sini Di antara rumah-rumah  Yang saling menukar isi dapurnya Karena aku dinaungi mereka  Dari kejahatan musim Dan serbuan tipudaya kota Karena aku di sini Di antara pohon-pohon dan sungai Dari mana aku belajar lagi Tumbuh dengan tenang dan perlahan Mengalir Aku mencintaimu, kekasih Demi hidup yang bangkit dari sekaratnya Demi cahaya matamu yang bagaikan matari Dan hidupku sendiri seterusnya 20 Sept 2022.

AMSAL SAJAK BENING

I. Sajak ini angin menyisir bukit-bukit Oksigen bagi napasmu Pandangmu pada lautan Tidur pengemis kekenyangan Sajak ini ada di setiap kemenanganmu Lampu-lampu dan bulan di malam hari Lembayung pada sore yang cerah Kompas di kakimu Sajak ini berdetak di dadamu Bergema di do'amu Tidur, dan mimpi-mimpi  Yang kau lupakan Sajak ini kedatangan dan kepergian Tak membekas padamu selain legawa Sajak ini tubuh dan jiwa yang satu Sajak ini segala ikhwal dharma II. Sajak ini berasal dari pusat rumahku Mengalirkan napas sebegitu lancarnya Memandang dunia luar begitu tenangnya Agar-agar manis jam dua belas siang di mulutmu Di dadamu sabana menari, angin lembah menyanyi Sajak ini sebuah komposisi sempurna cerah pagi hari Cinta pertama terjaga hingga kini sampai nanti Masa tua dan terurainya simpul-simpul kefanaan Sore yang baik dan upacara minum teh yang khidmat O, sungai purba dalam tubuhmu adalah sajak ini Perkataan-perkataan baik, bijak, penuh hikmah Susu dan madu dan kayu harum da...

SAJAK-SAJAK RENUNGAN

1. Hanya ketika suwung, memahami kenyataan terasa lebih mudah. Mempersiapkan perpisahan dengan segalanya, itu yang sulit. Namun jalan selalu terbuka bagi hati yang kuat dan bersih. Perpisahan adalah pintu pertemuan yang selalu lebih baik. Apakah yang tersisa dari diri yang penuh dengan isi dunia? Segalanya berubah bentuk begitu masuk ke dalam diri kita. Sebagian besar tidak untuk dimengerti. Hanya tersisa sebagian  kecil untuk dimengerti. Begitu kecil sehingga seperti tak berarti  sama sekali. Bahkan kemudian buyar menjadi kehampaan. Namun ketika kita memandangnya dengan mata yang lain, akan terlihat betapa hal itu adalah yang paling mudah untuk membuka ruang pemahaman dalam diri kita. Bahwa kekosongan menyimpan potensi keberadaan.  Kenyataan yang sebenarnya yang belum kita lihat. 2. Hujan pasti jatuh, dan akan tumbuh merimbun lagi rumput-rumput yang sempat kerontang dan layu.  Meski kemarau telah menginjak-injak dengan kejamnya, akar-akar bisa sabar bert...